Nama
: Awalludin Ma’rifatullah Idhofi
NPM
: 11212269
Kelas
: 2EA21
TUGAS 6 : PENGARUH GLOBALISASI TERHADAP IDENTITAS NASIONAL
Indonesia adalah Bangsa yang kaya akan nilai-nilai
budaya dan sejarah, yang tentunya budaya dan sejarah tersebut mempengaruhi
semua aspek kehidupan dan memberikan serta membantu dalam pembentukan pola
fikir dan paradigma masyarakat dalam bernegara dan bertanah air.
Di era globalisasi dan jaringan informasi yang dapat
di akses oleh siapapun dan kapanpun mengakibatkan terjadinya perkembangan di
segala sektor dan pemahaman baru tentang budaya serta penerapan-penerapan akan
pola yang diterapkan oleh Negara lain.
Salah satu Negara yang menjadi tujuan dan penyebaran
jaringan informasi dan budaya global adalah Indonesia, karena Indonesia adalah
Negara berkembang dengan tingkat populasi yang selalu meningkat dan ditunjang
dengan fasilitas-fasilitas yang memungkinkan untuk mengakses informasi baik itu
dalam bentuk informasi data maupun informasi global yang termasuk di dalamnya
unsur-unsur budaya asing yang notabene tidaklah sesuai dengan budaya Timur yang
merupakan ciri khas Bangsa Indonesia.
Indonesia dan masyarakat dunia memiliki visi yang
sama akan kemajuan dan peningkatan taraf hidup serta kemajuan dalam system
pemerintahan, tetapi apakah kemajuan dan peningkatan taraf hidup tersebut harus
mengorbankan nilai-nilai budaya yang begitu berharga. Dan sudah semestinya
sebagai generasi penerus, kita harus melestarikan budaya-budaya Indonesia yang
mulai terkontaminasi oleh budaya-budaya asing yang negatif dan tidak membangun
karateristik masyarakat Indonesia.
Insya Allah penulis akan memberikan sedikit
penjelasan tentang apa itu identitas nasional lewat semangat nasionalismenya,
globalisasi dan perkembangannya serta glokalisasi yang merupakan gabungan
antara globalisasi yang dapat diterima oleh budaya lokal.
Identitas Nasional
Secara harfiah identitas adalah ciri-ciri,
tanda-tanda atau jati diri yang melekat pada sesuatu atau seseorang yang
membedakannya dengan yang lain. Pengertian Identitas pada hakikatnya merupakan
manifestasi nilai-nilai budaya yang tumbuh dan berkembang dalam aspek kehidupan
suatu bangsa dengan ciri-ciri khas, dan dengan ciri-ciri yang khas tersebut
maka suatu bangsa berbeda dengan bangsa lain dalam kehidupannya.
Dengan demikian identitas nasional suatu bangsa
adalah ciri khas yang dimiliki suatu bangsa yang membedakannya dari bangsa
lainnya. Namun demikian proses pembetukan Identitas nasional bukan merupakan
sesuatu yang sudah selesai, tetapi sesuatu yang terbuka dan terus berkembang
mengikuti perkembangan jaman. Akan terjadi pergeseran nilai dari identitas itu
sendiri apabila identitas itu tidak dapat dijaga dan dilestarikan, sehingga
mengakibatkan identitas global akan mempengaruhi nilai identitas nasional itu sendiri.
Secara umum
terdapat beberapa dimensi yang menjelaskan kekhasan suatu bangsa. Unsur-unsur
identitas itu secara normatif, berbentuk sebagai nilai, bahasa, adat istiadat,
dan letak geografis.
Beberapa dimensi dalam identitas nasional antara
lain:
1. Pola Perilaku
adalah gambaran pola perilaku yang terwujud dalam
kehidupan sehari-hari, Misalnya : adat istiadat, budaya, dan kebiasaan, ramah
tamah, hormat kepada orang tua, dan gotong royong merupakan salah satu
identitas nasional yang bersumber dari adat istiadat dan budaya. Semangat
masyarakat tentang pola perilaku ini sudah mulai memudar, seiring dengan waktu
budaya ramah tamah khas Indonesia serta semangat gotong royong sudah beralih
wajah menjadi acuh tak acuh dan individualistis dan materialistis.
2. Lambang-Lambang
adalah sesuatu yang menggambarkan tujuan dan fungsi
Negara. lambang-lambang ini biasanya dinyatakan dalam undang-undang, Misalnya :
Bendera, Bahasa, dan lagu Kebangsaan.
3. Alat-alat perlengkapan
adalah Sejumlah perangkat atau alat-alat perlengkapan
yang digunakan untuk mencapai tujuan yang berupa bangunan, peralatan dan
tekhnologi, misalnya : bangunan candi, Masjid, Gereja, Peralatan manusia
seperti pakaian Adat, dan teknologi Bercocok tanam : dan teknologi seperti
kapal laut, Pesawat terbang, dan lainnya
4. Tujuan yang Ingin dicapai
Identitas yang bersumber dari tujuan ini bersifat
dinamis dan tidak tetap seperti : Budaya Unggul, presentasi dalam bidang
tertentu. Sebagai sebuah bangsa yang mendiami sebuah Negara, tujuan bersama
bangsa Indonesia telah tertuang dalam pembukaan UUD 45, Yakni kecerdasan dan
kesejahteraan bersama bangsa Indonesia. Dan dalam usaha tersebut pemerintah
seharusnya lebih memperhatikan dunia pendidikan, peningkatan pendidikan akan
mempengaruhi kesejahteraan rakyat Indonesia secara tidak langsung.
2.2 Unsur-unsur Pembentukan Identitas
Nasional
Salah satu
identitas bangsa Indonesia adalah ia dikenal sebagai sebuah bangsa yang
majemuk. Kemajemukan Indonesia dapat dilihat dari sisi sejarah, kebudayaan,
suku bangsa, agama dan bahasa.
1. Sejarah
Indonesia adalah Negara yang begitu kaya akan nilai
sejarah, itu dao=pat dibuktikan dari berbagai tulisan pakar tentang sejarah
perjuangan dan usaha dalam merebut kemerdekaan. Sejarah juga mencatat, sebelum
menjadi sebuah identitas negara bangsa yang Modern, bangsa Indonesia pernah
mengalami masa kejayaan yang gemilang. Semangat juang bangsa Indonesia dalam
mengusir penjajah menurut banyak kalangan telah menjadi ciri khas tersendiri
bagi bangsa Indonesia yang kemudian menjadi salah satu unsur pembentuk
identitas nasional Indonesia.
2. Kebudayaan
Aspek kebudayaan yang menjadi unsur pembentuk
identitas nasional meliputi tiga unsur yaitu : akal budi, peradaban dan
pengetahuan. Akal Budi bangsa Indonesia, misalnya dapat dilihat pada sikap
ramah dan santun bangsa Indonesia . Sedangkan unsur Identitas peradabannya,
salah satunya tercermin dari keberadaan dasar negara Pancasila sebagai kompromi
nilai-nilai bersama ( shared values ) bangsa Indonesia yang majemuk, sebagai
bangsa maritim, kehandalan bangsa Indonesia dalam pembuatan kapal pinisi di
masa lalu merupakan identitas pengetahuan bangsa Indonesia yang tidak memiliki
oleh bangsa lain di dunia.
3. Suku Bangsa
Kemajemukan merupakan Identitas lain bangsa
Indonesia. Namun demikian , lebih dari sekedar kemajemukan yang bersifat
alamiah tersebut, tradisi, tradisi bangsa Indonesia untuk hidup bersama dalam
kemajemukan merupakan hal lain yang harus terus dikembangkan dan dibudayakan,
kemajemukan alamiah bangsa Indonesia dapat dilihat pada keberadaan lebih dari
300 kelompok suku, beragam bahasa, budaya dan keyakinan yang mendiami kepulauan
nusantara.
4. Agama
Keanekaragam
Agama merupakan identitas lain dari kemajemukan alamiah Indonesia. Menyukuri
nikmat kemajemukan pemberian Allah dapat dilakukan dengan salah satunya, sikap
dan tindakan untuk tidak memaksakan keyakinan dan tradisi suatu agama, baik
mayoritas maupun minoritas atas kelompok lainnya.
5. Bahasa
Bahasa adalah salah satu atribut identitas nasional
Indonesia. Sekalipun Indonesia memiliki ribuan bahasa daerah, kedudukan bahasa
Indonesia sebagai bahasa penghubung ( lingua franca ) berbagai kelompok
etnis yang mendiami kepulauan nusantara memberikan nilai identitas
tersendiri bagi bangsa Indonesia.
Globalisasi
Secara umum globalisasi adalah suatu perubahan
sosial dalam bentuk semakin bertambahnya keterkaitan antara masyarakat dengan
faktor-faktor yang terjadi akibat transkulturisasi dan perkembangan teknologi
modern. Istilah globalisasi dapat di terapkan dalam berbagai konteks sosial,
budaya, ekonomi, dan sebagainya memahami globalisasi adalah suatu kebutuhan,
mengingat majemuknya fenomena tersebut. Menurut Stiglitz sebagai mana dikutip
sugeng bahagijo dan darmawan triwinowo disatu sisi globalisasi menbawa potensi
dan akselerasi pertumbuhan ekonomi banyak Negara, peningkatan standar hidup
serta perluasan akses atas informasi dan teknologi, disisi lain telah membawa
kesenjangan utara-selatan serta kemiskinan global.
Globalisasi merupakan fenomena berwajah majemuk,
seperti diuraikan scolte(2000), sebagai mana dikutip Sugeng Bahagijo dan
darmawan triwibowo, bahwa globalisasi sering diidentikkan dengan: 1.
internasionalisasi yaitu hubungan antar Negara, meluasnya arus perdagangan
dan penanaman modal; 2. liberalisasi yaitu pencabutan pembatasan-pembatasan
pemeritah untuk membuka ekonomi tanpa pagar (borderless world) dalam
hambatan perdagangan, pembatasan keluar masuk mata uang, kendali devisa dan
ijin masuk suatu Negara (visa); 3. Universalisasi yaitu ragam
hidup seoerti makanan Mc Donald, kendaraan, di seluruh pelosok penjuru dunia;
4. Westernisasi atau Amerikanisasi yaitu ragam hidup dan budaya barat
atau amerika; 5. De-teroterialisasi, yaitu perubahan-perubahan geografi
sehingga ruang sosial dalam perbatasan, tempat dan distance menjadi berubah.
Istilah globalisasi telah menjadi istilah umum yang
dibicarakan oleh setiap orang hingga diskusi ilmiah dalam lingkungan akademik.
Beberapa unsur penting yang terkait dengan
globalisasi adalah:
1. Global Space ( Dunia maya)
Globalisasi informasi ditunjukan dengan semakin
pesatnya penggunaan media elektronik dalam mengirim dan menerima informasi,
surat kabar, radio dan televisi tidak lagi merupakan sumber utama informasi;
kehadiran internet telah memudahkan informasi dunia diterima oleh siapapun
dipenjuru pelosok dunia. Jika radio dan televisi masih dapat di awasi dan
diatur oleh kekuasan politik sebuah Negara, tidak demikian dengan media
internet.
Dengan media internet, memungkinkan pengiriman
informasi dalam jumlah yang tidak terbatas, dalam waktu yang lebih cepat, dan
dengan biaya lebih murah. Melalui media internet siapapun dapat mengirim dan
mengakses informasi tanpa persyaratan lisensi atau bukti kompetensi apapun.
Keadaan tersebut membawa beberapa akibat sosial dan
budaya :
Pertama,
mengecilnya ruang dan waktu yang mengakibatkan hampir tidak ada kelompok orang
atau bagian dunia yang hidup dalam isolasi. Informasi tentang keadaan di tempat
lain atau situasi orang lain dapat menciptakan suatu pengetahuan umum yang
lebih luas dan aktual dari ada yang ada sebelumnya, informasi ini pada
giliranya dapat menimbulkan suatu solidaritas global yang melintasi kelompok
etnis, batas teritorial negara, atau kelompok agama. Pada saat yang sama,
informasi yang serba canggih ini dapat pula memberikan kemudahan bagi seseorang
atau suatu kelompok untuk bergabung dengan kelompok kejahatan lintas negara
untuk merancang kejahatan internasional yang terorganisir. jaringan terorisme
internasional dapat dimasukan ke dalam kelompok ini.
Kedua, dalam bidang politik, batas-batas teritorial suatu
negara menjadi kurang berfungsi. Batas negara tidak lagi menjadi batas
informasi, karena seorang yang berada di sebuah kampung di Jayapura, misalnya,
dapat berhubungan langsung lewat internet dengan seseorang di New York atu di kota
Roma.
Ketiga, semua kategori dalam social space menjadi tidak
relavan lagi. Perbedaan sosial seperti umur, jenis kelamin, agama, status
sosial, besarnya pendapatan, pejabat atau rakyat, tingkat pendidikan menjadi
tidak lagi menjadi penting dalam konteks infomasi melalui jalur internet.
Tantangan Masa Depan Dalam Gelombang
Globalisasi
Beberapa yang menjadi tantangan besar dan bersama,
mengutip pendapat Tilaar, yang diakibatkan gelombang globalisasi adalah sebagai
berikut:
1. Program melawan kemiskinan. Globalisasi
bukan hanya memberikan banyak nilai positf tetapi juga dapat mengakibatkan
semakin miskinnya negara-negara yang sumber daya manusianya rendah, serta
kurangnya sumber daya alam. Masalah kemiskinan bukan hanya milik suatu
masyarakat tetapi merupakan tanggung jawab intenasional. Kesenjangan antara
Negara kaya dan Negara miskin semakin melebar di dalam era globalisasi apabila
tidak diambil langkah untuk membantu yang lemah.
2. Memperjuangkan
dan melaksanakan Hak Asasi Manusia. Gelombang globalisasi dapat saja
mengijak-injak hak asasi manusia apabila motif yang mendasari perubahan sosial
dan ekonomi semata-mata berdasarkan frofit. Hak Asasi Manusia perlu dijaga dan
dikembangkan oleh karena itu dengan menghormati Hak Asasi Manusia maka
demokrasi akan semakin berkembang. Oleh sebab itu, hak asasi manusia harus
menjadi agenda internasional untuk menjadi bentang dari arus globalisasi yang
dapat bersifat dehomanisasi.
3. Menciptakan
dan memelihara tatanan dunia yang aman. Perdangangan bebas, hak asasi tidak
dapat dilakukan di dalam negara yang kacau. Kini manusia berlomba-lomba untuk
menciptakan dunia yang lebih makmur dan kemakmuran itu hanya dapat diwujudkan
di dalam kerja sama internasional yang aman. Oleh sebab itu, berbagai upaya
untuk meningkatkan kerjasama multilateral haruslah dipacu.
4. Perlu
diwujudkan tatanan ekonomi dankeuangan yang baru. Lembaga-lembaga ekonomi
dan keuangan lama yang dilahirkan pada masa perang dingin seta tatanan dunia
yang lama, seperti badan-badan IMF, World bank, WTO, perlu ditata kembali
supaya lebih sesuai dengan tuntutan hidup internasional yang baru.
5. Melindungi
dan memelihara planet bumi sebagai satu-satunya tempat kehidupan bersama
manusia. Oleh kerena itu tanggung jawab ekosistem merupakan tanggung jawab
bersama masyarakat dunia.
6. Kerja sama regional perlu di kembangkan di dalam
rangka kerja sama internasional. Bahkan Alan Rugman di dalam bukunya The
end of Globalization menyatakan bahwa sebenarnya kerja sama internasional
tertumpu pada kerja sama regional, bahkan kerja sama bilateral atau kerja sama
nasional dalam rangka kerja sama regional tersebut.
Salah satu konsep yang ikut berkembang bersama
globalisasi adalah glokalisasi. Istilah glokalisasi dipopulerkan oleh Roland
Robertson pada tahun 1977 dalam konfrensi “Globalization and Indigenous
Culture”. Secara umum glokalisasi adalah penyesuaian produk global dengan
karakter lokal. Ada juga
yang berpendapat glokalisasi adalah berfikir global bertindak lokal.
Menurut Eko Budiarjo guru besar Universitas Diponegoro glokalisasi adalah
glokalisasi dengan cita rasa lokal.
Dalam wilayah
budaya , glokalisasi dimaknai dengan munculnya interpretasi produk-produk
global dalam konteks lokal yang dilakukan oleh masyarakat didalam berbagai
wilayah budaya. Interpretasi lokal masyarakat tersebut kemudian juga membuka
kemungkinan adanya pergeseran makna atas nilai budaya. Dalam
proses glokalisasi medium bahasa juga di pergunakan.
Hal ini yang mengakibatkan banyak terjadi
penyimpangan terhadap nilai-nilai yang dulunya sangat dominan pada kalangan
masyarakat dan dijalankan dengan sepenuh hati, sekarang sudah menjadi barang
yang aneh dan langka. Pengaruh globalisasi terhadap masyarakat yang
ditransformasikan ke dalam budaya Indonesia yang akhirnya akan mensinergikan
budaya-budaya “Timur” Indonesia terhadap budaya “Barat” yang cenderung kepada
Liberalisme dalam usaha pencapaian Glokalisasi yang meminimalisasi bahkan
menghilangkan budaya-budaya Indonesia yang terkenal dengan keramahtamahan dan
kesopanan.
Nasionalisme dan Globalisasi
Salah satu isu penting yang mengiringi gelombang
demokrasi adalah munculnya wacana multikulturisme. Multikulturisme adalah
kesediaan menerima kelompok lain secara sama sebagai kesatuan tanpa memedulikan
perbedaan budaya, etnik, gender, bahasa maupun agama. Gerakan multicultural muncul pertama kali di Kanada
dan Australia sekitar 1950-an.
Multikultural
menjadi semacam respon kebijakan baru dalam keragaman.dengan kata lain, adanya
komunitas yang berbeda saja tidak cukup, karena yang terpenting adalah komunitas
tersebut diperlukan sama oleh warga Negara maupan Negara.
Menurut Achmad
Fedyani Safiudin menyatakan ada tiga cara pandang atau pemahaman orang tentang
multikulturisme, yaitu; 1. Popular; 2. Akademik; 3. Politis.
Karakter
masyarakat multikultur adalah toleran. Mereka hidup dalam semangat peacepul
co-existace, hidup berdampingan secara damai. Dalam perspektif multikulturisme,
baik individu maupun kelompok hidup dalam societal cohesion tanpa kehilangan
identitas etnik dan kultur mereka.
Ini adalah harapan kita semua, bagaimana kita dapat
mengadopsi nilai dan budaya dari luar yang baik bagi bangsa ini serta adanya
badan pengawasan serta pengembangan budaya asli Indonesia dari Pemerintah,
jangan sampai budaya tersebut menjadi terkikis dan hilang dari masyarakatnya
sendiri, akibat dari arus globalisasi yang begitu
Hakikat kemerdekaan suatu negara akan tampak disaat
negara itu dapat menghargai dan menjunjung tinggi nilai-nilai budayanya
sendiri, dan selalu membuka diri terhadap nilai positif dari luar baik itu yang
berbentuk budaya, ekonomi, politik, dan lain-lain.
Keberagaman adalah suatu berkah dari Pengatur Alam
Semesta ini, dan sebagai suatu bangsa yang beragama kita seharusnya dapat
menghargai keberagaman global serta dapat memilih serta memilah yang terbaik
untuk diterpakan di Negara tercinta Republik Indonesia. Karena keberagam
merupakan hadiah dari Allah SWT yang harus kita syukuri dan harus menjadi
pembelajaran bagi kita semua, Allah menciptakan manusia bersuku-suku dan
berbangsa-bangsa adalah untuk saling kenal-mengenal untuk bersama-sama
mendapatkan gelar taqwa. Taqwa dalam konteks universal dan global adalah
terciptanya masyarakat dunia yang madani dan selaras dengan ajaran dan perintah
Allah SWT. Hal ini termaktub dalam ayat Suci al-Qur’an yang berbunyi :
Artinya : “Dan kalau ada dua golongan dari
mereka yang beriman itu berperang hendaklah kamu damaikan antara keduanya! tapi
kalau yang satu melanggar perjanjian terhadap yang lain, hendaklah yang
melanggar perjanjian itu kamu perangi sampai surut kembali pada perintah Allah.
kalau dia Telah surut, damaikanlah antara keduanya menurut keadilan, dan
hendaklah kamu berlaku adil; Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang
berlaku adil”. (QS. Al-Hujuraat : 9)
Semangat bersatu dalam mencari Ridha dan Cinta Allah
pasti akan dapat menangkal segala bentuk negative globalisme, karena dengan
semangat ridha dan cinta kepada Allah maka kita dapat mentransformasikan segala
kaidah agama kedalam budaya dan kita dapat menyesuaikan tindakan-tindakan atau
aksi yang terstruktur lewat kacamata agama, Allah pasti menolong dan
menyelamatkan Bangsa ini dari pengaruh negative arus globalisasi, seperti yang
sebutkan Allah dalam Al-Qur’anul Karim :
Artinya : “Kamu tak akan mendapati kaum yang
beriman pada Allah dan hari akhirat, saling berkasih-sayang dengan orang-orang
yang menentang Allah dan Rasul-Nya, sekalipun orang-orang itu bapak-bapak, atau
anak-anak atau Saudara-saudara ataupun keluarga mereka. meraka Itulah
orang-orang yang Telah menanamkan keimanan dalam hati mereka dan menguatkan
mereka dengan pertolongan yang datang daripada-Nya. dan dimasukan-Nya mereka ke
dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya.
Allah ridha terhadap mereka, dan merekapun merasa puas terhadap (limpahan
rahmat)-Nya. mereka Itulah golongan Allah. Ketahuilah, bahwa Sesungguhnya
hizbullah itu adalah golongan yang beruntung”. (QS. Al-Mujaadilah : 22)